Saturday, October 29, 2016 0 comments

​99 Tahun Revolusi Oktober: Wacana Sosialisme dan Perspektif Gerakan


Mengenang masa lalu memang bukanlah solusi untuk menjawab tantangan hari ini. Namun dengan melihat masa lalu, kita bisa mengambil pelajaran untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan kita di masa kini. Mengenai hal ini, kita bisa menjawab pertanyaan mengapa orang masih menggunakan Leninisme sebagai ilmu pergerakan melawan Kapitalisme masa kini. Jawaban lainnya ialah bahwa Lenin telah membuktikan bahwa Marxisme bisa menunjukkan kenyataannya.
Revolusi Oktober 1917 di Rusia adalah salah satu keberhasilan kelas proletar dalam merebut kekuasaan dari kaum kapitalis dan tuan tanah. Sejarah telah mencatat bahwa Leninisme adalah suatu kenyataan yg terus bergerak mengikuti arus zaman. Mengapa demikian?
Leninisme bukanlah suatu ilmu dogmatis yg stagnan seperti suatu kitab suci yg tak bisa kita otak-atik lagi. Leninisme memberikan petunjuk metode bahwa kapital industri bisa berkembang menjadi kapital finans dan permasalahan perluasan konsumerisme telah clear dalam suatu negeri. Leninisme memberikan kita prospek cerah bahwa Imperialisme telah mewujud dalam bentuk globalisasi. Jauh sebelum Baudrillard dan Mazhab Frankfurt, Leninisme telah membuktikan bahwa perluasan kapital dapat melibatkan semua bentuk suprastruktur masyarakat, termasuk agama dan teknologi.
Saturday, October 22, 2016 0 comments

​PERGUMULAN MALAM


Biarkan ku sendiri memahami seluruh manusia
Walau rasanya sepi
Sunyi
Berharap adalah obat yg terbaik
Jangan lagi memanggilku Sosialis
Ketika aku menikmati egoku
Sepi
Namun ramai dalam kerumunan pemikiran
Lalu otakku bimbang
Akan segala putusan yg ambigu
Penat
Ketika mondar-mandir mencipta gelisah
Dan kontra memantapkan tembok pemisah
Aku dan keramaian seakan musuh
Dan penengahnya ialah setan-setan
Mereka tertawa bersama malaikat
Di perjamuan malam
Hari raya Qurban
Atau segala kisah suci keagamaan
Mampus
Biarkan diriku membusuk dalam kesepi


Saturday, October 15, 2016 1 comments

DUNIA PETERNAKAN


"wanita itu siapa, pagi-pagi dia sudah menyapu membersihkan daun jelatang di pelataran kampus", tanyaku kepada satpam kampus yg daritadi matanya hanya mengawasi tiap orang yg masuk area kampus. Matanya tanda bahwa ia sedang waspada, mungkin ia sedang mencari orang yg mulutnya lebar. Kabarnya kemarin, orang yg bermulut lebar itu meludahi seseorang yg menjual buku Islam dan Sosialisme saat bazaar di kampus.
"dia adalah orang yg diludahi oleh orang yg bermulut lebar kemarin nak", jawab si satpam kepadaku.
"siapa orang yg bermulut lebar itu?"
satpam tidak menjawab, matanya terus waspada memperhatikan para mahasiswa yg masuk ke kampus satu per satu. Aku pun jadi tak menghiraukan lagi pertanyaan tadi. Aku berjalan menghampiri si wanita yg memunguti daun jelatang satu per satu itu. Aku bertanya:
"siapa yg meludahimu kemarin, kawan?", bukannya menjawab, wanita itu malah meludahiku dan pergi dari hadapanku. Aku pun kesal, tetapi aku bersabar. Aku pun menjauhinya dan pergi ke kelas seperti biasa. Saat aku masuk kelas, aku terkejut karena kelas kosong, hanya ada dosen yg sedang ceramah soal metode sejarah, seolah-olah dihadapannya sedang ada mahasiswa yg memperhatikannya.
Aku duduk di belakang dan seperti biasa aku tertidur sambil bersandar di tembok. Tak lama kemudian si wanita tadi masuk dan duduk di depan. Ia seolah tak menganggap bahwa aku dan dosen ada di kelas.
------------
Friday, October 7, 2016 0 comments

​Pemerintahan Rakyat: Opini Tentang Topeng Suci Birokrasi, Borjuasi dan Kaum Agamawan


Hari ini, kita sebagai masyarakat Indonesia dan Asia Tenggara dipaksa siap menghadapi MEA. MEA dengan dalih kesejahteraan masyarakat Asia Tenggara dengan slogan, "bangga dengan produk lokal" - kata kaum birokrat - dipastikan mampu mengatasi kesenjangan yg terjadi secara ekonomi. Tetapi bagaimana caranya? Kesejahteraan kan tercipta dari semangat kompetisi antar produk dan tenaga kerja yg ada. Ini jelas merupakan penipuan yg fatal.
Rakyat kita dibuat bersiap menghadapi eksploitasi dan persaingan besar-besaran dengan mengadu domba kelas pekerja kita dan negara lainnya. Seperti kata Ted Sprague, kelas pekerja kan menjual kemampuan kerjanya seharga es cendol. Murahnya harga kemampuan kerja disebabkan para pekerja takut akan pengangguran. Indonesia secara tidak sadar menuju pada masa dimana pengangguran kan tercipta dimana-mana.
Kita tinggalkan sejenak masalah MEA. fokus utama dari tulisan ini adalah bagaimana kelas borjuasi, birokrat, dan kaum agamawan menggunakan topeng "pemerintahan rakyat" untuk mengeruk keuntungannya. Kita melihat - terutama kaum birokrat dan borjuasi - sebuah pergerakan menuju pada penghisapan halus terhadap negara-negara sosialis dengan dalih melawan Amerika.
Saturday, October 1, 2016 0 comments

​G 30 S 50th : Renungan Proletariat dan Peran Agama


50 tahun yg lalu, kita-kaum revolusioner kelas pekerja-diguncang oleh suatu peristiwa reaksioner terbesar sepanjang sejarah dunia (bagaimana tidak besar, korbannya bahkan lebih banyak dari korban Perang Vietnam) yaitu pemusnahan kelas pekerja revolusioner oleh kekuatan Kapitalis yg dibonceng oleh rezim militer. Kita patut merenungi kejadian yg telah melemahkan kekuatan kita sehingga kita tidak lebih dari kerikil kecil yg mudah ditumpas, bahkan hingga kini hegemoni yg tercipta telah memainkan peranan yg besar dalam meninabobokan kekuatan revolusioner kita. Sebuah peristiwa sekali pukul akibat kudeta G30S-begitulah para intelektual borjuis menyebutnya-akhirnya melahirkan lompatan dialektis.
Bukanlah lompatan kuantitas menuju lompatan kualitas, malahan sebaliknya. Ini akibat tidak terlaksananya penuntasan revolusi oleh vanguard party kita akibat terlalu puas dibawah panji Nasakom. Bagaimana bisa kaum revolusioner menikmati berlindung dibawah kekuatan revisionis dari borjuasi nasional?
 
;