Dewasa ini, banyak kaum Marxis vulgar yang memahami Marxisme
sebagai ideologi yang mengajarkan revolusi ataupun dalam konteks politiknya
saja. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang asal mengerti Marxisme
sehingga karena mereka, akhirnya Marxisme jatuh ke lembah sasaran kritik vulgar
yang sebenarnya mudah untuk di jawab, namun mereka akhirnya kalah pendapat.
Mereka tidak memahami Marxisme secara keseluruhan, seseorang pernah berkata kepada
saya bahwa untuk mempelajari keseluruhan dari sendi-sendi Marxisme di butuhkan
waktu selama 20 tahun.
Sekilas pernyataan tersebut terlihat hiperbola, namun mungkin
saja iya, karena untuk memahami Marxisme maka kita harus memadukan antara teori
dengan praxis. Karena Marxisme adalah teori yang berdiri atas praxis,
keberhasilan dari Marxisme di tentukan oleh praxis-praxis yang ada. Praxis dari
Marxisme bukan sekedar revolusi atau mendirikan kediktatoran proletariat saja,
namun lebih dari itu adalah menanamkan keseluruhan dari ajaran Marxisme ke
dalam seluruh sendi kehidupan proletariat.
Untuk memahami hal demikian, maka kita harus menjadi seorang
proletar terlebih dahulu, karena bagi seorang Borjuis, tidak mungkin bisa
memahami Marxisme secara mendalam, hal yang demikian bisa menjerumuskan borjuis
tersebut ke dalam pemikiran yang revisionis seperti halnya yang terjadi pada
kebanyakan Marxis vulgar pada umumnya. Karena pada sesungguhnya Marxisme hanya
di tujukan kepada kaum proletar saja sebagai pemegang amanat untuk menciptakan
perdamaian tanpa kelas di seluruh dunia.