Wednesday, December 27, 2017 0 comments

Resah Karena ​Terasing dari Hegemoni Kapital


Ku lihat sekumpulan anak muda sedang duduk menikmati hidangan di atas meja nya, di sebuah kafe yang tidak pernah membuat ku bergairah untuk menyinggahi nya. Ku dengar pembicaraan mereka yang sesekali tertawa sesekali terlihat serius dalam sebuah pembicaraan, dari pinggir jalan di halaman kafe itu aku penasaran untuk menguping lebih dekat. Ku kira, aku akan mendengar pembicaraan soal bagaimana melakukan insurreksi atau menciptakan revolusi, atau setidak nya membicarakan bagaimana tentang kemanusiaan hari ini.
Yang kudengar hanyalah tentang seks, tentang bagaimana mendapatkan kemewahan-kemewahaan, bagaimana mengelola gaya hidup yang hedon. Ah...aku merasa payah, merasa seperti hidup di planet asing... tak pernah ku dengar lagi di antara anak muda bagaimana melakukan pergerakan, melakukan sabotase terhadap aset-aset kapital yang di lindungi negara, bagaimana membela kaum tertindas. Ah...aku benar-benar iri terhadap mereka yang tidak di hantui oleh kenyataan bahwa hari ini kita sedang tidak baik-baik saja, tak perlu merasa takut akan ketimpangan-ketimpangan sosial yang melanda negri ini.
Tuesday, December 19, 2017 0 comments

Menelaah Kembali Arti Demokrasi Terpimpin

Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan dimana semua warga negara memiliki hak yang setara dalam pengambilan keputusan bernegara dan kehidupan sehari-hari, namun demokrasi di Indonesia ini mengalamin degradasi makna yang sangat jauh dari arti sebenarnya. Kata demokrasi berasal dari dua suku kata dari Bahasa Yunani yaitu demos dan kratos. Demos yang berarti rakyat dan kratos berarti pemerintahan. Jika, disambungkan kedua suku kata itu menjadi democracy, yang berarti pemerintahan rakyat, rakyat berdaulat didalam pengambilan keputusan untuk dirinya dalam kehidupan social bermasyarakat.
Demokrasi itu pada hakikatnya adalah ‘pemerintahan rakyat’, namun dalam praktiknya di Indonesia saat ini, bukanlah demokrasi bagi rakyat, melainkan rakyat diperuntukkan bagi demokrasi. Jelas terlihat bahwa rakyat tidak diberi hak dalam proses pencalonan yang akan menduduki kursi legislatif(DPR) maupun eksekutif(Presiden), semuanya hak absolut dari permainan partai politik(parpol) yang artinya rakyat tak mempunyai pilihan lain selain memilih calon-calon yang ditentukan oleh para elit politik(Parpol).
Marilah kita ingat akan bagaimana kadang-kadang palsunya semboyan demokrasi, yang tidak menolong rakyat-jelata malah sebaliknya mengorbankan rakyat-jelata, membinasakan (menindas) rakyat-jelata sebagaimana telah terjadi pada fenomena di Indonesia selama ini penggusuran dimana-mana atas nama pembangunan, perampasan hak-hak rakyat atas penentuan nasibnya sendiri, dsb. Marilah kita awas, jangan sampai rakyat-jelata Indonesia tertipu oleh semboyan ‘demokrasi’ yang digembor-gemborkan oleh partai-partai borjuis, yang akhirnya ternyata hanya diperkuda belaka oleh segolongan orang yang memiki modal besar(lihat saja ketua-ketua parpol sekarang siapa yang tak memiliki kekayaan berlimpah?) yang hanya mencari kekuasaan sendiri, keenakan sendiri, keuntungan sendiri!.
Monday, December 11, 2017 0 comments

Memandang Disintegrasi Bangsa Secara Sederhana dari Kacamata Sang Marxis


Persoalan Indonesia sepanjang masa selalu terkait dengan disintegrasi bangsa, pemberontakan terjadi disana-sini, ingin melepaskan diri dari bumi pertiwi, dan adanya keinginan untuk mengelola kekayaan daerah sendiri merupakan faktor terjadinya disintegrasi bangsa tersebut. Lalu apa faktor yang membuat sebagian daerah ingin melakukan disintegrasi? Ada yang salah dengan negeri ini tentunya, dan kesalahan tersebut tidak pernah di tangani dengan serius sehingga disintegrasi bangsa terus terjadi hingga kini. Pernahkan para elite birokrasi berpikir tentang bobroknya desentralisasi daerah yang terus menerus terjadi karena suatu faktor tertentu? Beberapa dari peristiwa disintegrasi tersebut secara nyata dan besar-besaran ingin mewujudkan suatu perpecahan karena beberapa faktor.
Hal ini sangat disayangkan karena Indonesia, sebuah Negara kesatuan yang menginginkan akar Nasionalisme menancap kuat di setiap jiwa individunya, setiap komponen dari bangsanya tidak pernah merasa puas dengan beberapa kebijakan pemerintah atau mungkin lebih parahnya lagi karena mereka selalu tidak di perhatikan.
Monday, December 4, 2017 0 comments

Analisa Materialisme Dialektika Dan Historis Versi Tan Malaka


Alan Woods dan Ted Grants, seorang revolusioner yg berasal dari International Marxism Tendency (yg merupakan kelanjutan dari Internationale IV) telah mengarang buku yg menjelaskan bagaimana MDH berlaku dalam alam semesta dan kehidupannya - Reason on Revolt. Kedua orang tersebut telah berhasil merangkum seluruh ilmu pengetahuan dan menganalisanya teori-teori tersebut dengan analisa MDH. Alhasil, banyak kesimpulan-kesimpulan yg briliant yg bisa kita ambil dari buku tersebut, yaitu kebenaran Darwinisme, Dialektika tanpa akhir yg berlaku terhadap alam semesta, Dialektika dalam geologi, dan hancurnya nilai mistisme dalam kehidupan. Tak segan-segan, kedua orang tersebut bahkan menuduh Stephen Hawking sebagai seorang idealis tanggungan. Tetapi sebelum mereka berdua membuat buku tersebut, Tan Malaka pada awal kemerdekaan Indonesia telah membuktikan kebenaran MDH melalui analisanya yg berjudul MADILOG.
MADILOG, banyak orang yg menyatakan bahwa risalah tersebut merupakan pemikiran Tan Malaka yg orisinil. Bahkan, tidak sedikit yg menyatakan bahwa risalah tersebut adalah MDH ala Indonesia atau lebih kejamnya lagi menyebut risalah tersebut sebagai kumpulan pemikiran yg revisionis. Agaknya terlalu berlebihan jika kita menyebut Tan Malaka sebagai seorang revisionis. Pasalnya, Tan Malaka adalah seorang yg amat mengagumi analisa Lenin dan Revolusi Oktober, terlebih lagi, ia amat membenci Stalin namun tidak mau disebut Trotskyis. Alhasil, ia dibenci partai komunis serta blok imperialis.
 
;