Kembali. Langkah itu yang menjadi pilihan kala harapan sudah lama
mengepakkan sayapnya, menerabas dinding-dinding dingin awan yang menanti jatuh
sebagai hujan, menembus ruang tanpa udara; harapan itu hidup sebagai ketiadaan sebagaimana
udara di luar angkasa.
Setiap orang pernah terjatuh begitu dalam hingga ia takmampu
melihat apa pun selain akhir. Ketika cahaya yang hidup di bola mata semakin
malam, semakin pekat dan rembulan enggan kembali singgah di sana. Dan ketika
masa itu datang, ia sadar bahwa kehidupan takubahnya sebagai permainan waktu:
membakar kenangan jadi abu, menyapu setiap rasa bahagia dengan ragu, dan
menderaskan hujan.
Kali ini, Agustus menjadi sebuah titik. Seperti perjalanan,
semuanya memiliki titik; muara. Dan kala langkah kakiku menyentuh ambang Agustus,
aku tahu bahwa aku harus benar-benar berhenti. Setelah bebera bulan ini memutuskan
untuk tidak menulisi tentangkamu lagi, aku semakin sadar bahwa semua itu
percuma.
Kini, melakukan perjalanan lagi ataupun tidak, sama saja. Tuhan
tidak memberiku pilihan. Hujan tidak memberiku kebahagiaan lagi. Dua bulan aku
percaya itu, Puan. Aku tidak berbicara pada sesiapa pun. Aku hanya bicara pada
diri sendiri. Dan kini, setelah Agustus juga memanggil namaku, aku paham bahwa
apa yang dilalui belakangan ini begitu salah.
Aku harus kembali.
Titik itu hanya menjadi perhentian sementara, seperti bus yang
berhenti di halte untuk mengangkut penumpang. Mungkin aku hanya lelah menjalani
semua ini. Mungkin aku hanyalah sepotong kehilangan yang takbisa mencintai
lagi. Mungkin aku terlalu takut untuk mengambil langkah. Atau, mungkin aku
terlalu bodoh untuk percaya bahwa aku pantas untuk mencintai seseorang?
Segala ingin telah menjadi angan. Segala rasa telah menjadi
kepergian. Segala kebahagiaan telah menjadi sesuatu yang tak terdefinisi lagi.
Dan semua itu menjelma lelah yang mendera dadaku. Seperti diburu oleh waktu. Di
Agustus ini, semua telah berbeda. Meskipun semua itu taklagi kembali seperti
aku ingin kembali, rasanya aku bisa memulai sesuatu yang baru. Sesuatu yang
mungkin itu bukan tentangmu.
0 comments:
Post a Comment