Friday, May 31, 2019 0 comments

Pembebasan Perempuan dalam Sosialisme


Emansipasi. Kita sering mendengar istilah tersebut. Tak jarang pula istilah tersebut dihubungkan dengan perempuan. Ya. Emansipasi perempuan. Lantas, apakah artinya? Emansipasi berarti pembebasan atau pemerdekaan. Karena itu, emansipasi perempuan berarti pembebasan atau pemerdekaan kaum perempuan. Ya, pembebasan dari penjara-penjara yang membuat perempuan menjadi manusia klas dua, dengan kedudukan serta harkat dan martabat yang lebih rendah daripada laki-laki. Ya, pembebasan dari belenggu-belenggu yang membuat perempuan tidak dapat beraktualisasi atau mewujudkan dirinya sendiri.

Feminisme dan Sosialisme
Sejak Marx dan Engels, Sosialisme selalu berkomitmen terhadap pembebasan perempuan. Dalam hal ini, Sosialisme sejalan dengan gerakan-gerakan perempuan yang lazim dinamakan Feminisme. Tapi Sosialisme dan Feminisme memiliki pendekatan dan visi yang sangat berbeda. Bagi kaum Feminis, terutama kaum Feminis Liberal, perempuan hidup dalam suatu masyarakat di mana laki-laki menindas perempuan. Penindasan itu berakar di dalam kodrat laki-laki. Ada sesuatu di dalam struktur biologis dan psikologis laki-laki yang membuat mereka memandang dan memperlakukan perempuan sebagai manusia yang lebih rendah. Pandangan dan perlakuan itu kemudian diwujudkan dalam patriarki, tatanan masyarakat yang di dalamnya laki-laki berkuasa dan kaum perempuan tunduk pada kekuasaan laki-laki. Dengan demikian, perempuan menjadi manusia klas dua. Hak-hak politik, ekonomi, dan sosialnya tidak setara dengan laki-laki. Bahkan perempuan tidak memiliki kuasa atas tubuh dan seksualitasnya sendiri. Karena itu, kaum perempuan harus bersatu untuk memperjuangkan hak-hak mereka dan mengakhiri penindasan laki-laki terhadap mereka.
Saturday, May 25, 2019 0 comments

Siapakah yang Dapat Menghancurkan Kapitalisme Hari Ini?


Kapitalisme merupakan sistem yang Barbar, dengan siklus boom-and-bustnya yang memporakporandakan ekonomi dan kesejahteraan rakyat pekerja. Sistem ini hanya bisa dihancurkan oleh ideologi revolusioner kelas buruh, yakni sosialisme. Sosialisme tidak hanya sebatas sebagai “good idea” atau ideologi yang revolusioner, tetapi sosialisme sebagai hasil yang tak terelakkan dari perkembangan kapitalisme itu sendiri. Marx menjelaskan, bahwa dengan keserakahannya untuk mendapatkan keuntungan pribadi yang besar, borjuasi mengembangkan kekuatan-kekuatan produktif ke suatu tingkat yang tinggi dan seiring dengan itu juga menciptakan milyaran kelas proletar yang akan menumbangkan kapitalisme; dengan demikian, kapitalisme telah menciptakan kondisi-kondisi obyektif bagi sosialisme.
Milyaran komoditas di pasar dunia  diperdagangkan setiap hari. Harga komoditas naik turun karena berada dalam permainan pasar yang membabi buta dan keji. Beberapa tahun lalu, seorang pemain modal terkenal, George Soros, menulis sebuah buku yang menggambarkan dengan detail mengenai sifat barbar dari pasar finansial. Dan manifestasi yang paling memukul dari semua ini adalah terjadinya krisis overproduksi, yang tentunya, memiliki segudang dampak eksternal yang mengerikan: pabrik-pabrik ditutup ketika rakyat lapar dan membutuhkan pekerjaan, rumah-rumah disita ketika rakyat membutuhkan atap di atas kepalanya.
Friday, May 17, 2019 0 comments

Kebusukan Kapitalisme Dunia Telah Terkuak – Bagaimana Kualitas Perjuangan Buruh di Indonesia Hari Ini?

"Situasi politik dunia dalam keseluruhannya digambarkan oleh sebuah krisis kepemimpinan proletariat di dalam sejarah." -- Leon Trotsky.
Tulisan ini merupakan hasil dari diskusi intensif saya dengan kawan-kawan dari Lingkar Sosialis Indonesia mengenai kondisi kapitalisme dunia dan kualitas perjuangan buruh Indonesia hari ini. Jesus menjelaskan bahwa kerusakan akut dari ekonomi kapitalis hari ini, dengan menggunakan perspektif Trotsky, telah menunjukkan syarat-syarat objektif untuk revolusi proletariat. Syarat-syarat ini bukan hanya sudah matang, tetapi sudah mulai membusuk. Dan krisis kapitalisme hari ini, yang termanifestasi secara dramatis dengan keruntuhan finansial, yang segera diikuti oleh suatu kemerosotan perekonomian dunia dalam skala yang belum pernah terjadi sejak Perang Dunia Kedua, merupakan momentum kritis yang tak terbantahkan.
Pada tahun 1938, dalam Program Transisional kawan-kawan serikat buruh, Trotsky telah menggambarkan mengenai kematian kapitalisme dengan cara yang sangat mengerikan. Dan perspektif Trotsky ini sangat tepat untuk mendiskripsikan situasi yang tengah terjadi saat ini.
Friday, May 10, 2019 0 comments

Keterwakilan Kaum Perempuan dalam Parlemen dan Kebijakan Afirmatif


Tahun 2018 didominasi oleh gerakan #MeToo yang sungguh mengguncang semua sendi masyarakat. Kaum perempuan yang lama diam dan tunduk kini menemukan suaranya. Segala bentuk penghinaan, diskriminasi, pelecehan dan kekerasan yang mereka alami sejak mereka lahir, entah di tempat kerja, di sekolah, atau bahkan di rumah mereka sendiri dimana mereka seharusnya merasa aman, kini menjadi tak tertanggungkan. Mereka menuntut keadilan.
Bermula dari Amerika Serikat, gerakan #MeToo menyebar ke seantero dunia. Gaungnya pun  sampai ke Indonesia, walau tidak sekeras di AS. Misalnya kasus pemerkosaan Agni, seorang mahasiswi dari Universitas Gadjah Mada, yang tidak hanya menarik perhatian publik tetapi juga memercikkan kampanye anti kekerasan seksual di banyak kampus lainnya.
Namun yang terutama gerakan #MeToo mendorong banyak orang untuk bertanya mengenai akar penindasan terhadap kaum perempuan dan solusi terhadapnya. Kaum perempuan yang matanya mulai terbuka tidak bisa tidak bertanya mengenai posisinya dalam masyarakat. Partisipasi kaum perempuan dalam masyarakat, entah dalam ranah politik, ekonomi, kebudayaan, sains, dsb., sepanjang sejarah umumnya sangat rendah. Ini merupakan indikator posisi perempuan dalam masyarakat, yang terjebak dalam kungkungan persalinan dan dapur.
Friday, May 3, 2019 0 comments

Harga Sebuah Pertemuan


Terimakasih, berkat perpisahan kita aku jadi semakin banyak belajar. Aku jadi lebih sadar bahwa pada setiap pertemuan selalu akan ada perpisahan. Entah berpisah untuk kemudian akan bertemu kembali keesokan harinya ataukah berpisah untuk selamaya. Pertemuan selalu datang sepaket dengan perpusahan, ketika aku menyadari itu semua. Aku jadi lebih menghargai setiap pertemuan kepada siapapun, aku menggargai waktu ku saat bertemu seseorang entah itu orang yang ku kenal atau tidak. Orang yang baru ku kenal atau yang sudah lama ku kenal. Ku hargai meraka dengan setara, tidak ada yang ku beda-bedakan. Aku akan memberikan yang terbaik buat menghargai pertemuan-pertemuan itu.
Kuberikan semua perhatian terbaikku kepada mereka, mendengarkan seantusias mungkin kepada meraka, memberikan tanggapan terbaik, dan senyum terbaik yang aku punya seakan itu adalah pertemuan terakhir kami. Aku belajar melakuakan itu sebaik mungkin sebaik yang aku bisa, karena aku tak ingin menyesali melewatkan moment-moment berharga Bersama mereka.
 
;