Thursday, September 10, 2015 0 comments

Temukan Pahlawan Di Dalam Diri Kita

via Google
“Patriotism tidak mungkin tumbuh dari hipokrasi dan slogan, seseseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat akal kalau ia mengenal akan objek-objeknya, mencintai tanah air Indonesia dengan mengenal Indonesia bersama rakyat dan alamnya dengan dekat” –Soe Hok Gie
Jikalau hanya, orang yang gagah berani gugur dimedan perang melawan para penjajah untuk mempertahankan negeri ini yang hanya disebut seorang pahlawan. Lalu bagai mana seseorang yang dengan mempertaruhkan waktu jiwa dan hartanya untuk kemajuan bangsanya. Berjuang tidak harus berdarah darah melawan penjajah, berjuang mati-matian di bidangnya juga bisa disebut pahlawan, jika niat yang dia pakai untuk berjuang adalah karena ingin memajukan bangsanya, ia sudah layak disebut pahlawan.
Monday, August 17, 2015 0 comments

Surat Untuk Ibu Pertiwi

gambar via wallpaperup.com
Ibu, bisakah kau meramalkan apa yang terjadi 5 atau 10 tahun ke depan? apa yang terjadi dengan nasib kita? pilihan-pilihan apa yang tersisa untuk jalan hidup kita? seberapa kuat kita menahan beban hidup? seberapa tahan kita melawan tekanan-tekanan keadaan? seberapa kuat kita menggenggam keyakinan, ketika nurani di sekitar semakin kikis oleh kerakusan. Ketika batin tak lagi bisa merasakan penderitaan-penderitaan dan kita hanya termangu dan berpikir inikah hidup?
Sunday, August 16, 2015 0 comments

Gila Selfie, Apa Gila Beneran?

Sumber dari sini
Liat foto diatas keren sih, tapi menurut saya itu semua gila banget. Liat foto dan video selfie mereka bikin jantung ini deg-degan asyik. Dan kalian tahu? itu foto dan video selfie mereka jaminannya nyawa broo, nyawa! Bukan bakwan!
Dalam hati, saya sebagai cowok sejati, merasa terhina broo… Mereka berani naik di atas gedung tinggi, sementara saya…, sementara saya selama ini naik pohon kelapa aja hampir nangis. “Awww…! Mamah…Papahh… Takutt..!!”   *nggak ding , naik bianglala iya..*
Menurut saya, mereka itu masuk ke dalam kategori para pemburu foto selfie garis keras broo. Seakan-akan.. Gak keras gak asyik! Gak ekstrem gak greget! Pokoknya foto selfienya harus beda dari yang lain. Biarin nyawa jadi taruhan, gampang bisa beli lagi di kaskus, atau di indomart/alfamart apalagi sekarang lagi ada promo, beli dua dapet satu.
Friday, August 14, 2015 0 comments

Konsolidasi Parade Arak-Arakan Agustus 2015

Menjadi Moderator dalam Konsolidasi Parade Agustus 2015
Hari ini aku tidur sampai siang, enak sekali rasanya bisa puas tidur yang dimana saat dirumah sehabis shubuh haram waktunya untuk tidur. Belum lagi ada kewajiban lain yaitu bersih-bersih rumah dan mengantar adik perempuanku tes Ujian Mandiri kekampus yang dia inginin. Setelah tadi malam akhirnya bisa menamatkan satu drama korea yang tak satu episode pun tertonton saat dirumah. Setelah bangun aku bergegas kekampus karena sudah ada janji bertemu dengan pak salim diruanganya untuk mengfiks kan rute, ploting tempat dan memediasikan barang-barang yang akan dibawa saat parade arak-arakan nanti.
Pukul dua sore aku sudah ada didepan ruangan logistic, waktu yang pertemuan untuk mediasi dengan komanda satpam se Tel-U. Setelah hampir satu jam menunggu, pak salim pun tak kunjung datang, entah apa yang ia kerjakan. Namun setelah pukul lima sore baru ada kabar dan dia datang dengan rombongan satpam keruangannya, ternyata dia sedang ada dilapangan untuk persiapan Peresmian gedung sepuluh lantai atau yang akan disebut TULC(Tel-U Learning Center).
Thursday, August 13, 2015 0 comments

Bandung Bukan Sekedar Kata, Tapi RASA

dari TimeLine Teman
Pukul 4 subuh akhirnya aku sampai juga dikota kembang yang kurindukan, sudah sebulan lebih aku dirumah(Sragen) untuk liburan dan menenangkan pikiran namun hanya kota(Bandung) ini yang ada dibenak ku. Entah mengapa setelah tiga tahun yang lalu, saat pertama kalinya merantau jauh dari tempat kelahiran yaitu kota sragen, menetap dikota yang sangat indah ini membuatku betah dan kecanduan penyakit menular yaitu rindu akan kota Bandung.
Entah kekuatan magis apa yang ada dikota ini, bukan hanya diriku yang mengidap penyakit rindu Bandung, bahkan semua orang yang merantau dan singgah dikota ini hampir semuanya akan memiliki kesan rindu kota ini apabila jauh darinya. “BANDUNG” bukan sekedar kata tetapi melibatkan RASA.
Monday, July 13, 2015 0 comments

Sesungguhnya Terang Sumurnya Hati

Harapan - Usaha – Hasil
Sejatine Padhang Sumuring Ati. (Sesungguhnya Terang Sumurnya Hati)
Sumber: google.com
Setiap Manusia dilahirkan dengan Hati yang bersih… Bersih bagai Sinar Putih dan terang yang menyinari fikiran manusia yang akan berdampak pada perilakunya di kehidupan bermasyarakat. Seiring berjalannya waktu, maka Laku hidup manusia lah yang seringkali mempengaruhi keberadaan Sinar tersebut. namun Jauh di Lubuk hati manusia yang paling dalam, sinar itu akan tetap menyala. Meskipun berubah ubah intensitasnya… Apakah akan meredup sedikit demi sedikit karena tertutup atau justru semakin terang dan memberi ruang bagi Sinar tersebut untuk menyinari sekitarnya.
Hati Manusia bagai sebuah Modem atau terminal LAN Ilahiyah antara Tuhan dengan hambanya… menjadi jalur komunikasi dan fondasi keyakinan atau keimanan atas kekuasaan Tuhan dan KebesaranNya. Menjadi tempat kita gantungkan segala Do’a dan harapan kita. Semakin kita intens berkomunikasi dan menggunakan jalur komunikasi ini, maka semakin teranglah hati dan fikiran kita.
Tuesday, June 16, 2015 0 comments

Romantika Sastra


Diskusi Publik tentang “Kampus, Organisasi Mahasiswa, dan Peristiwa 1965” merupakan pembicaraan yang begitu menarik. Dalam diskusi tersebut dibahas bagaimana fenomena hilangnya marxisme yang terjadi di kampus. Dalam diskusi tersebut didapatkan bahwa  fenomena yang terjadi di hadapan kita saat ini ternyata tak terlepas dari kenyataan sejarah yang pernah terjadi di masa lalu. Satu persatu pembicara mengupas bahasan yang mereka kuasai. Audiens pun tampak memperhatikan dengan cukup serius. Ada yang sudah mengetahui apa inti pembahasannya, ada pula yang masih baru menggali.
Saya pun turut mendengarkan, dan pada sesi pembahasan mas Iwan Pirous, saya mendapatkan sebuah kutipan menarik, “ketika sastra menjadi romantis dan ilmu sosial menjadi normatif”. Lalu, apa kaitannya hal ini dengan tema bahasan yang dibicarakan? Ya, untuk memahaminya kita perlu sedikit kembali ke belakang melihat halaman sejarah panjang negeri kita. Orde Baru memang banyak mengubah tatanan masyarakat dari status quo di Orde Lama. Sejarah kelam dalam peristiwa tahun 1965 turut mengubah cara pandang masyarakat tentang gerakan kiri, sosialisme, marxisme, atau komunisme. Propaganda-propaganda anti PKI merontokkan pemikiran progressif,sebab apabila kita menganut pemikiran tersebut maka akan dianggap subversif, pemberontak, tak bertuhan, dll. Pemberantasan PKI juga berimbas pada pemberantasan organisasi-organisasi kerakyatan karena dianggap berafiliasi dengan PKI yang terlibat dalam pemberontakan. Hal itu misalnya, Organisasi-organisasi seperti Gerwani dan Lekra. Tokoh seperti Pramoedya Ananta Toer pun turut menjadi korbannya.
Salah satu aspek penting yang turut menjadi korban peristiwa 65 adalah matinya marxisme dalam lingkungan akademik. Marxisme sebagai cikal bakal lahirnya sosialisme ilmiah sesungguhnya memiliki peran yang begitu besar dalam menjelaskan fenomena-fenomena yang ada di dunia. Studi sosial bisa dikatakan menjadi kering sebab hanya bertumpu pada teori-teori sistem (struktural-fungsional) yang menjelaskan terjadinya fenomena sebagai fungsi dan bagian dari sistem. Hal tersebut terjadi sebab literatur-literatur yang berlandaskan pemikiran-pemikiran Marx yang progressif diberangus. Sebagai dampak logisnya, mahasiswa sebagai akademisi dan kaum intelektual gagal mengenali fenomena sosial secara historis. Pisau analisis pun menjadi semakin tumpul karenahanya bisa memandang dengan analisis sosial yang menekankan pada relasi-relasi sosial yang singkronik tentang suatu peristiwa layaknya fotografer. Selain itu, Dampaknya mahasiswa semakin jauh dari gerakan-gerakan sosial yang benar-benar mengakar dan sesuai dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat. Gerakan sosial pun semakin dipandang menjadi sebuah anomali.
 
;