Baik-baik
saja.
Konsep
kosong. Segalanya tidak akan berjalan semestinya selama hujan terus menderas.
Seperti kenangan yang tidak pernah tandas. Selalu berkelindan. Mungkin menunggu
badai bernama penyesalan yang membuatnya kandas. Ayah, Ibu, kekasih. Mereka
sama saja. Ada lalu tiada. Tiga tahun aku terus memanggil mereka kala malam
tiba, kala segala kesendirian memelukku erat. Tidak, sapuan ombak yang
menggulung rumahku telah menenggelamkan seluruh kebahagiaan yang kumiliki.
Seharusnya
aku bahagia di malam itu. Seharusnya aku akan menjadi lelaki paling beruntung
malam itu. Kekasihku mengiyakan lamaran dan ia berkunjung ke rumah bertemu Ayah
dan Ibu. Kami berjanji akan menatapi pantai yang hanya berjarak lima belas
menit dari rumah dan memandangi senja di sana sebelum bertemu dengan Ayah dan
Ibu.
“Kamu kenapa
gugup begitu?”