Friday, December 28, 2018 0 comments

Padamu, Aku Ingin Menemukan Segalanya.


Kekasih, aku pernah menyimpan sepotong kenangan di balik bingkai matamu yang teduh dan basah - yang lantas gugur satu-satu bersama waktu. Sampai akhirnya aku berhenti melangkah. Sampai akhirnya, aku hanya menitipkan sekumpulan kata di jendela kamarmu. Kata yang kunamakan Aksara Hujan.
Menderu, parau kata-kata itu di sekujur tubuhku, setelah waktu demi waktu yang panjang; kukira kita telah lama hilang, sebab di sepasang lengan seseorang kau akan menempuh perjalanan panjang. Namun di sana, cinta hanya mementaskan tawa yang fana. Meremukkan segala padaku yang tersisa. Dan kini aku tidak tahu bagaimana cara menggunakan hati untuk memercayai kembali.
Di sanalah aku menjaga asa - cinta yang kau anggap fana dan remukkan perasaan dari sebuah kata pergi. Setiap sesak dan lelah. Kini, melalui kata-kata itu, aku menghidupkan jasad kenangan yang telah mati; yang telah baur di udara menjadi abu. Aku menghidupkan segala yang telah kubunuh ketika di sebuah persimpangan jalan, lelah itu bermuara pada kalah. Jalan di mana, kini aku melihatmu kembali berdiri di salah satu sisinya. Haruskah aku kembali memungut rindu yang telah gugur itu?
Monday, December 24, 2018 0 comments

Prancis: Gerakan Rompi Kuning dan Rezim Macron yang Rapuh


Mobilisasi gerakan rompi kuning menandai langkah penting dalam perkembangan perjuangan kelas di Prancis. Selama beberapa minggu terakhir ratusan ribu orang berpartisipasi dalam gerakan ini. Dituntun oleh kemarahan atas harga BBM yang baru-baru ini naik, dari hari ke hari mereka turun ke jalan dan berbenturan dengan polisi. 
Tekad mereka merupakan refleksi dari penderitaan dan kemarahan mereka. Kebijakan Presiden Emmanuel Macron menaikkan harga BBM adalah serangan bagi kelas pekerja, sementara yang kaya mengambil manfaat dari segala macam keringanan pajak, subsidi dan potongan harga lainnya. Gerakan ini memahami bahwa argumen “peralihan ekologi” yang digunakan rejim Macron hanyalah dalih lain untuk menjarah massa rakyat demi keuntungan bagi segelintir parasit kaya.
Friday, December 21, 2018 0 comments

Mengikhlaskanmu Pergi


Pertemuan menjadi alasan aku ingin mengubah setiap jejak di masa silam—setelah hati yang remuk oleh kepergian seseorang yang pernah kucintai begitu lama. Dan di suatu perputaran waktu yang baru, waktu mempertemukanku denganmu. Penantian ini cukup lama untukku, menyimpan segenap rasa dan kujaga cinta agar kelak aku mampu dipertemukan dengan seseorang yang tepat. Seseorang yang kelak akan menjadi bagian terbesar dalam hidupku.
Dulu, aku yakin bahwa cinta ditakdirkan bersemi tanpa nelangsa—akhir yang tiba oleh perbedaan yang semakin bentang. Dan, di jalan yang baru ini, aku mencoba melupakan segalanya dan menyesap secangkir teh—berharap seseorang akan duduk di depanku, bercengkerama hangat. Pada setiap malam yang bergeming, pada takdir yang terukir dan pada harapan yang melambung tinggi. Kulatunkan setiap doadoa yang kuperuntukkan padanya. Dia yang hadir mendatangi tempatku yang sulit untuk diketahui—hati.
Itulah kamu—seseorang yang lantas duduk di hadapanku dan bicara banyak tentang masa depan. Seseorang yang hadirnya tetiba, namun hangatnya lama terasa. Seseorang yang namanya tersemat di antara doaku di sepertiga malam. Di dalam perpisahan aku mati, pertemuan denganmu—menghidupkanku kembali. Biarkan perasaan ini tumbuh layaknya bunga bermekaran atas izin-Nya, yang kusimpan tanpa seorang pun tahu dalam setiap istikharah. Istikharah yang kulalui setelah kaudatang dan meminta ‘tuk menjadi imam dalam hidupku.
Thursday, December 20, 2018 0 comments

Babak Baru Revolusi Prancis


Situasi sosial dan politik Prancis bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi. Selama satu bulan terakhir Perancis dihadapkan dengan mobilisasi sosial besar-besaran. Demonstrasi dan bentrokan terjadi di mana-mana. Blokade jalan berlangsung selama berminggu-minggu di jalanan kota Paris. Para demonstran tanpa lelah terus berhadapan dengan represi polisi.
Dalam satu bulan gerakan rompi kuning telah menempatkan negara ini di ambang krisis revolusioner. Situasi ini semakin menarik lebih banyak elemen gerakan lain, seperti serikat-serikat buruh, mahasiswa, pelajar-pelajar SMA dan juga pekerja kerah putih. Elemen-elemen gerakan yang awalnya hanya menonton kini terlibat dan mendukung gerakan ini. Gerakan ini tumbuh dalam skala dan intensitasnya.
Universitas Paris Nanterre adalah salah satu kampus yang secara radikal memobilisasi mahasiswa dalam merespon demo rompi kuning. Di kampus ini mereka mengadakan rapat akbar yang menghasilkan resolusi yang radikal. Mereka menyatakan bahwa universitasnya akan ikut mogok. Rapat akbar yang digelar di Universitas Nanterre pada tanggal 10 Desember ini dihadiri sekitar 2000 orang, baik mahasiswa maupun pekerja kampus.
Friday, December 14, 2018 0 comments

AKU BISA MENUNGGU


Aku terlalu terbelenggu oleh kata-kata yang untai menuju masa lalu. Kata-kata yang lahir dan menemui kematiannya sendiri. Karena di masa lalu hanya ada kenangan-kenangan yang kelak tersapu dan terlupakan. Kenangan yang kunamakan “cinta” dan “kasih”.
Kenangan itu membuatku lupa, bahwa perjalananku bukanlah untuk alasan yang dipaksakan indah dan untai. Ada masa depan yang dicitakan. 
Dan itu kamu. 
Menemukanmu dalam keindahan kata-kata bukanlah tujuanku. Perjalanan ini mengubahku terlalu jauh dan aku harus berusaha keras untuk kembali pada kehidupan lama itu.
Aku sungguh lupa bahwa yang kubutuhkan tak lebih dari kesederhanaan. Kumpulan kata-kata yang membentuk kesederhanaan untuk apa pun: perihal bahagia, sedih, dan juga menemukanmu. Karena untukmu, aku ingin berdiri dalam jarak di mana kelak kau akan menemukanku juga dengan sekotak rindu yang sudah kusiapkan berlapiskan beludru.
Untuk membersamaimu, aku bisa menunggu.

Friday, December 7, 2018 0 comments

Sampai Kapan Aku Harus Menunggu?


Sampai kapan aku harus menunggu?
Semua kata-kata di kepalaku sudah menjadi debu di dinding yang membatasi perasaan kita. Kamu masih tidak memberikanku jawaban apa-apa. Perjalananku berhenti di kamu. Aku tidak tahu apakah ini sementara atau selamanya. Seharusnya yang kedua. Tapi kamu menjadikannya pilihan yang pertama. Kamu diam tanpa suara.
Sampai kapan aku harus menepis detik dan tanggal?
Dari jarak yang membuatmu tak menemukan aku, satu persatu rindu kuselipkan di saku jaketmu setiap hari. Berharap kamu mau merogohkan tangan ke dalamnya. Tapi nyatanya kamu tak menyentuh saku jaket itu sama sekali. Entah kamu mengetahuinya dan memilih untuk takpeduli atau kamu memang takpeduli dengan apa pun.
 
;