Friday, May 22, 2015 0 comments

Aksi 21 Mei 2015, Mengingatkan Penguasa Atas Musibah Negeri Ini




Hari ini adalah hari dimana semua mahasiswa seluruh mahasiswa yang tergabung dalam alliansi BEM SI akan berkumpul didepan istana Negara untuk menuntut bapak presiden yang terhormat Jokowi untuk memperingati 17 tahun reformasi Indonesia. Dengan semangat 45 kita dari bandung pukul 6 pagi berkumul di depan LC untuk berangkat kejakarta. Sampai dijakarta pukul 11 kami tiba di masjid istiqlal, setelah istirahat sebentar dan persiapan, lalu temen-teman red border bersama-sama dengan teman-teman dari bandung yaitu universitas Polban(politeknik bandung), dan teman-teman dari UPI (Universitas Pendidikan Indonesia).
Saturday, May 16, 2015 1 comments

Jawaban Untuk Kebanggaanku Kepada IK

         

         Ada beberapa hal yang sangat menggelitik pemikiran ku semalaman ini, sebuah pernyataan dari seorang sahabat yang lalu menjadi pertanyaan besar sehingga mengganggu tidurku. Pernyataan yang dilontarkan itu adalah hasil dari kebiasaaan ngobrol-ngobrol kecil setelah futsal tadi malam. Diawali dengan pertanyaan iseng sahabatku,
E: “gimana kabar BEM put?”Aku : “Baik, aman-aman saja. Karena sedang uas kampus jadi adem-ayem, trus IK gimana?”E : “ya begitulah, sama aman-aman saja.”Aku: “eh iya, aku mau ngasih masukan dong, kamu ngerasa ndak sih, kalo perkembangan kita itu     agak lambat, berbeda dengan Himasains dulu yang berkembang sangat cepat.”E: “lambat gimana? Jangan bandingkan dengan BEM dong, kalo menurut aku sih kebanggan kamu ke IK itu kurang.”Aku: “kurang? Maksudnya? Bukan aku bandingkan dengan BEM, aku melihat dengan himpunan yang lain itu, hima kita sedikit lebih lambat pergerakanya, dan kurang kelihatan aja dilingkup kampus kita.”E: “iya, maksudnya, karena kamu kurang melihat kegiatan hima kita, kamu lebih sibuk diatas, dan jarang berkumpul dengan kita. Seperti yang aku sebutkan tadi, kebanggan kamu kehima kita kurang, buktinya kamu lebih sibuk berkontribusi diluar dari pada dihima.”
Saat Arak-Arakan November 2014
Tuesday, May 5, 2015 1 comments

Deklarasi Persatuan (Silaturahmi Akbar KEMA Tel U 2015)


Membawa masuk seluruh Bendera Ormawa sesaat sebelum penandatanganan

Selasa, 5 Mei 2015 diselenggarakan acara yang sangat luar biasa, Aula FIT jadi saksi momentum deklarasi bersatunya seluruh Keluarga mahasiswa Telkom University. Sudah lebih dari sebulan lalu kami berkerja mempersiapkan suatu acara yang akan menjadi langkah awal bagi bersatunya Kampus Telkom University. Acara ini awalnya proker(Program Kerja) dari kementeran Dalam negeri sebagai kegiatan awal memperkenalkan visi/misi, struktur, Proker, alur Kerja BEM kema Tel-U 2015. Namun sebelum mengeksekusi proker open house ini, kami mengkaji terlebih dahulu proker yang akan digarap apakah bermanfaat bagi mahasiswa? Apakah tujuan yang akan dicapai dari acara ini? lalu tindak lanjut apa yang akan diambil setelah terlaksana acara ini? dampak apa yang akan terjadi dari acara ini?
Namun hasil dari kajian tersebut ternyata sampai saat ini belum ada deklarasi persatuan antar setiap ormawa(UKM, HIMA, BEM, DPM, komunitas dan Mahasiswanya) dari setelah meleburnya 4 kampus(IT Telkom, IM Telkom, STISI Telkom, Politeknik Telkom) menjadi Telkom University. BEM Kema 2014 berhasil memediasikan pembentukan badan eksekutif tingkat Himpunan diseluruh prodi dan membantu proses peleburan setiap unit kegiatan mahasiswa(UKM). Sudah seharusnya BEM Kema Tel-u 2015 melanjutkan perjuangan demi Telkom University yang lebih baik. Maka acara inti dari Silaturahmi Akbar ini adalah deklarasi bahwa seluruh Keluarga Mahasiswa Telkom University ingin bersinergi dalam memajukan Almamater tercinta.
Friday, May 1, 2015 0 comments

Mayday- Ekspresi Perjuangan Melawan Penindasan Kapitalisme

Beberapa hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 1 Mei 2015 saya turut menjadi salah satu serpihan dari mozaik ekspresi massa tentang perjuangan melawan penindasan kapitalisme. Siang itu, matahari cukup ketus membakar kulit kami yang juga terbakar kekecewaan atas penindasan kaum kapitalis yang masih saja terjadi. Siang di seberang sebuah istana yang mulia, ribuan orang berdesakan sambil berteriak, bernyanyi, dan mengekspresikan dengan cara apapun yang mereka bisa. Semua demi satu tujuan, perjuangan melawan penindasan.
Sejak pagi hari, ribuan massa sudah memadati jalan-jalan di ibukota. Berbagai macam serikat buruh dari segala penjuru dengan berbagai macam warna pakaian yang mereka kenakan satu per satu mulai berdatangan. Tuntutan demi tuntutan mereka sampaikan dengan suara lantang yang dipertegas dengan kepalan tangan. Seakan memberi peringatan bahwasanya mereka datang bukan sekedar menjadi hiburan di depan istana yang menjadi simbol kebanggaan.
Tak bisa dipungkiri secara historis kaum buruh menjadi sebuah warna tersendiri dalam perjuangan pergerakan di Indonesia. Sejak era kaum palu arit, buruh dan tani seolah menjadi kekuatan massa yang begitu kuat menjelma bak dewa. Partai apapun yang mampu menarik hati mereka, pastilah berpeluang besar menjadi penguasa. Namun ironisnya, kekuatan mereka seakan-akan hanya menjadi minyak yang dibakar. Mampu menghangatkan dan menerangkan yang membakarnya namun menguap begitu saja.
Wednesday, April 22, 2015 0 comments

“Generasi Berbagi"


Dan aku melihatnya, menjadi saksi atas generasi kita yang kusebut generasi berbagi. Aku melihat gejala kedermawanan itu muncul di setiap wajah yang kita sebut kaum muda. Di setiap saat setiap orang bisa saja berbagi, dengan begitu mudahnya membobol tembok rahasia menjadi miliki bersama. Lalu nampaklah, satu persatu semua menjadi semakin jelas apa yang ada di dalamnya. Sebuah ruang intim yang tak lagi intim. Tak bersekat, tak berjarak, sungguh begitu dekat, begitu mesra.
Lalu kulanjutkan dan mungkin kau akan bertanya-tanya, apakah yang sama-sama kita bagi? Ia-kah yang kita dermakan berupa semangat hayati hidup bersama? Ia-kah kisah-kisah indah antara pangeran dan tuan putri? Ia-kah tentang keberanian hidup untuk menjawab setiap tanya tentang hari esok yang tak pernah pasti akan hidup atau mati?
Ingin kusudahi namun tetap kubertanya, apakah kita berderma tentang kisah-kisah indah penuh bahagia yang terjadi dalam hidup kita namun hanya menyulut api cemburu bagi jelata? Di lantai merah, kita sering bercerita tentang kenikmatan-kenikmatan dan keindahan dunia. Betapa megahnya, betapa canggihnya, betapa lezatnya, betapa mahalnya, betapa mesranya, betapa, betapa, dan betapa hingga segalanya menjadi hampa.
Generasiku, generasi berbagi yang begitu mesra dalam cumbu kehampaan. Dekat dalam berjauhan. Erat dekapan kemajuan zaman. Rekat dalam memisahkan. Kuat dalam melemahkan. Penuh tawa membuat kesedihan. Rendah hati untuk menyombongkan. Dan sungguh tiadalah aku berhak untuk berucap apa-apa karena untukmu itu pun hak. Aku hanya berdoa agar segala sesuatunya bagiku tak lagi menjadi hampa di antara hiruk-pikuk generasiku yang pandai tertawa dalam tangis dan menangis dalam tawa.


Friday, April 17, 2015 0 comments

​Kupu-kupu Bersayap Patah


biarkan sayap kecil tuk terbang
susuri angkasa dan melihat dunia
bahwa betapa lucunya dunia kini
biarkan ia melangkah keluar semak berduri
tuk hisap nektar-nektar keabadian
yg tumbuh dari bunga-bunga konflik abadi
walau sayapnya patah, ia masih lah kupu-kupu
bermotifkan cerita soal fluktuasi mimpi
terejawantahkan dalam nyatanya realita
penuh esensi dalam tiap bagian-bagiannya
esensi yg tuntut konflik dalam alur manusia
ia masih lah kupu-kupu kecil yg sayapnya patah
terbang rendah bersama angin sepoi
melintasi rerumputan yg menari bersamanya
demi mencari sari surga dalam suaka
membebaskan yg terkekang harapan dan ide
walau dirinya terbang dalam kungkungan dunia
dunia masih lah dunia ketika ia merubahnya
ia masih hitam putih ketika menetas
dan berwarna ketika pelangi menyinarinya
dari bias-bias lautan penuh tinta pengetahuan
yg tiap hari ditimba tuk mengukir gambaran
dari tiap perjalanan suci para hamba mencari pusara
dimana kebijaksanaan dan kebajikan dimakamkan
ia masih lah kupu-kupu bersayap patah
patah karena memori yg membakar emosinya
tak apalah baginya bersenda dalam gurauan hina
walau hal tersebut membakar dogma dirinya
akan tafsirnya soal pragmatisnya kehidupan
ingatlah! ia masih kupu-kupu bersayap patah
hingga malam membinanya menjadi kuat
sebuah elegi yg mengalahkan kisah esok hari
soal kemandegan proses menuju nirwana
ia kupu-kupu dan pada akhirnya jadi guru
soal kebebasan dan kehendak bebas
soal kematian yg ditakuti manusia
soal kuatnya konflik menghantam durja dan durga
soal beradu melawan waktu
lalu mati menjadi abu
Wednesday, April 8, 2015 0 comments

Bhineka Tunggal Ika sebagai Semboyan Pemersatu Bangsa


Indonesia merupakan negara yang kaya. Secara geografis, Indonesia terletak di antara dua benua dan dua Samudera serta terletak di dalam lingkaran cincin api dunia. Selain itu, kondisi geografis Indonesia juga membentuk Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau-pulau. Jika mengikuti pembagian iklim berdasarkan lintang, maka Indonesia terletak di iklim tropis. Jika ditinjau lebih jauh, kondisi alam Indonesia ternyata sangatlah heterogen dengan adanya bioma-bioma yang beragam di wilayah-wilayah di Indonesia. Hal ini menyebakan Indonesia memiliki keyakaan alam yang sangat luar biasa. Implikasi logis dari kekayaan alam tersebut ialah kekayaan budayanya. Sebab, manusia akan hidup mengikuti bagaimana alam tempat hidupnya sebab Kebudayaan manusia dibentuk oleh faktor alam(nature) dan faktor sosial(nurture). 
Kekayaan kondisi alam Indonesia yang menyebabkan kebudayaan yang beragam tersebut menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat plural. Indonesia bisa dikatakan plural sebab secara suku, bahasa, agama, dan kepercayaan Indonesia sangatlah beragam. Keberagaman tersebut tentunya menjadikan masyarakat Indonesia memegang nilai-nilai yang berbeda antara satu dengan yang lainnya sehingga sangat mungkin terjadi ketidakcocokan yang bisa menimbulkan konflik. Kondisi masyarakat Indonesia seperti demikian juga disadari oleh parafounding fathers saat merumuskan dasar negara kita, yakni Pancasila yang mengandung nilai-nilai pluralitas.
 
;