Friday, June 28, 2019 0 comments

Fungsi Agamawan di Bumi Oligarki



DALAM riuh rendah perdebatan sosial politik menjelang pemilihan umum 2019 ini, salah satu tema yang menjadi perbincangan cukup serius adalah isu lingkungan hidup. Dalam debat pasangan calon presiden dan wakil presiden, jual beli serangan satu kubu terhadap kubu yang lain juga menyangkut persoalan ketimpangan kepemilikan lahan di beberapa wilayah (kebanyakan di Pulau Sumatera dan Kalimantan). Setiap capres-cawapres berupaya mempersalahkan paslon lain atas ketidakadilan dalam kepemilikan dan pengelolaan lahan tersebut. Para penonton, pemirsa, pendengar, pembaca, dan pendukung bersorak sorai setelah paslon dukungannya berhasil memaparkan data-data lahan milik paslon lawan di depan publik.
Sayangnya, tidak banyak orang memahami bahwa pemilu hanyalah skenario politik pembohongan yang sistematik tentang realitas ketidakadilan struktural. Hanya sedikit dari warga negara Indonesia yang mengetahui betapa besar ketimpangan kepemilikan lahan, bukan antara kubu paslon yang satu dengan paslon yang lain, melainkan antara dua kubu paslon dengan masyarakat lokal yang kian tersisih. Sangat sedikit warga yang memahami aksi ngibul di panggung sandiwara debat pilpres sebagai upaya menutupi kenyataan bahwa kedua kubu paslon sama-sama merupakan tuan atas tanah yang jumlahnya berhektar-hektar di Kalimantan dan Sumatera.
Wednesday, June 19, 2019 0 comments

Keresahan Kaum Muda di Bawah Kapitalisme



Kondisi ekonomi-politik hari ini, dan juga sosial budaya, semakin hari semakin terpuruk. Angka kemiskinan terus menajam; distribusi kekayaan semakin timpang; lapangan kerja minim; gelombang PHK terus bergulir; dan masih banyak problematika lainnya yang dihadapi rakyat, yang tak berujung apabila disebutkan satu-persatu. Semua ini menjadi alasan keresahan banyak lapisan masyarakat, terutama generasi muda yang sedang memikirkan keadaan yang akan mereka hadapi di hari depan.
Keresahan ini tampak jelas apabila kita berbincang dengan kaum muda dari berbagai latar belakang. Ada dua hal yang paling diresahkan oleh generasi muda, yakni ketatnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan dan upah di bawah standar kebutuhan hidup layak. Mayoritas lapangan pekerjaan yang tersedia adalah pekerjaan informal, yang umumnya rentan. Sementara pekerjaan sektor formal semakin digerogoti oleh kerja kontrak yang tidak pasti. Yang beruntung bekerja pun mendapatkan upah yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak. Terlebih lagi, banyak buruh industri yang terancam PHK akibat upgrading teknologi dan alasan efisiensi.
Thursday, June 13, 2019 0 comments

Revolusi Industri 4.0 dan Arah Perkembangan Dunia

Saat ini, kita hidup di era Revolusi Industri Keempat (Klaus Schwab, The Fourth Industrial Revolution(2017)). Era yang diwarnai oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence), era super komputer, rekayasa genetika, teknologi nano, mobil otomatis, inovasi, dan perubahan yang terjadi dalam kecepatan eksponensial yang akan mengakibatkan dampak terhadap ekonomi, industri, pemerintahan, politik, bahkan membuka perdebatan atas definisi manusia itu sendiri.Era yang menegaskan dunia sebagai kampung global (Marshall McLuhan, The Gutenberg Galaxy: The Making of Typographic Man (1962)).
Kini,  banjir informasi yang telah diprediksi  menemukan bentuknya (Alvin Toffler, Future Shock (1970)). Karena kecanggihan teknologi, setiap orang kini bisa berpartisipasi dalam perdebatan apa itu disruption, menjadi venture capitalist, atau penggagas start-up company. Oleh teknologi kita semakin mudah melihat kesenjangan ekonomi, kebangkitan neo-konservatisme, serta bagaimana Tiongkok perlahan bangun dari tidur panjangnya menjelma menjadi negara adidaya. Beragam topik silih berganti muncul mendominasi ruang publik sehingga kita mengenal istilah trending topic (bagi pengguna sosial media).
Di tingkat pengambil keputusan, secara kategorial terdapat beberapa bidang yang lebih menonjol menjadi pokok pembicaraan dibanding beberapa topik lainnya. Topik lingkungan dengan isu pemanasan global yang sempat mendominasi pada dekade 90-an dan awal dekade abad 21 kini tidak menjadi perhatian dunia. Demikian juga isu kesehatan, khususnya AIDS dan kanker, yang mulai dilupakan karena kemajuan teknologi kesehatan. Isu baru yang muncul dan menjadi ramai diperbincangkan adalah bagaimana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengubah wajah dunia dan persoalan kependudukan seperti pengungsi, kelaparan, dan konflik horiziontal. Kedua isu ini menjadi pendamping isu politik dan ekonomi yang senantiasa akan langgeng sepanjang peradaban.
Wednesday, June 12, 2019 0 comments

Gerakan Payung Hong Kong








Hong Kong tengah memasuki situasi bergejolak. RUU Ekstradisi yang tengah digodok oleh pemerintah dikecam keras oleh rakyat. Kecaman ini mewujud dalam barisan ratusan ribu orang yang turun ke jalan-jalan guna menentang RUU ini. Dalam sepekan terakhir setidaknya terjadi tiga demonstrasi dalam jumlah massa yang kian membesar mencapai jutaan orang. Demonstrasi ini bahkan diklaim sebagai aksi terbesar dalam sejarah Hong Kong, yang bahkan lebih besar dari ‘gerakan payung’ 2014 lalu.
Isi RUU Ekstradisi ini mengatur agar siapapun yang ditengarai sebagai penjahat dapat diekstradisi ke daratan Tiongkok. Meski tidak mencakup pembangkang politik, namun mengingat pemerintah Tiongkok yang bisa secara bebas menculik warga Hong Kong dimanapun mereka suka, RUU ini memungkinkan rejim Tiongkok bergerak lebih lancar lagi dalam menangkapi aktivis-aktivis yang kritis terhadapnya di bawah label ‘penjahat’. Tidak sulit untuk membayangkan Tiongkok akan menemukan cara untuk membersihkan lawan-lawan politiknya di Hong Kong dan menyeret mereka ke pengadilan sebagai ‘penjahat’.
Thursday, June 6, 2019 0 comments

Mencintaimu Dengan Utuh


Lelah. Itu kata yang tepat, setelah tetiap langkah yang kuciptakan, takpernah benar-benar sampai padamu. Kau hanya bergeming—membuta. Bagaimana bisa kata itu ada, sedang rautmu tak henti buktikan kegigihan. Jika saja kau tahu segala jerih payahmu selalu sampai padaku. Hanya saja hatiku yang belum terbuka untuk itu. Lalu, apa yang bisa menjelma kunci? Padaku kau hanya seperti malam—diam dan dingin. Tidak hanya katakata, segala telah kulakukan. Tetapi, apa yang terjadi? Ketiadaan. Itu yang kauberikan padaku.
Bukan maksudku membuat anganmu terusik dengan pribadiku. Aku tetap seperti ini tanpa ubah. Dirimu sendiri yang menjadikanku tampak berbeda. Tiada yang berbeda—pada sepasang bahagia yang kusematkan di matamu. Pada samudra, yang alir dan tenang. Di sana, aku menanti senja—merah terbakar, serupa harapanku, yang menjadi abu ketika tiada kejelasan yang kudapatkan. Katakan padaku, bagaimana caranya aku bisa memilikimu?
 
;