Saturday, February 18, 2017 0 comments

​AGAMA KEBEBASAN : Kritik Terhadap Penyalahgunaan Hukum Agama Untuk Superioritas Moral

Pukul 4, hampir seluruh asrama di salah satu wisma terbangun dengan wajah pucat. Mereka bergegas mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat Shubuh di musholla samping wisma. Dalam waktu singkat, musholla penuh dengan mahasiswa yang sholat berjama'ah dengan ekspresi wajah mengantuk. Sesekali mereka menutup mulut mereka saat menguap dan menutup mata mereka karena masih lelah berkedip. Setelah sholat, mereka menandatangani absen sholat dan selanjutnya absen tersebut menjadi catatan ibadah yang akan dinilai setiap akhir bulan.
Di tempat yang berbeda, hari Minggu menjadi serasa berat untuk dialami mahasiswa Kristen karena mereka dengan berat hati bangun pagi untuk melaksanakan ibadah di gereja. Sama halnya dengan wisma sebelumnya, mereka juga menandatangani absen sebagai pertanggungjawaban ibadah mereka di hadapan kepala yayasan. Kedua wisma tersebut dikenal karena keshalehan para mahasiswanya yang rajin melaksanakan ibadah.
Apakah itu dengan terpaksa atau tidak, tidak menjadi persoalan si kepala yayasan. Yang menjadi persoalan adalah tentang bagaimana citra tersebut pada akhirnya mendatangkan profit bagi si kepala yayasan. Wisma yang dipenuhi pemuda shaleh yang demikian biasanya diincar oleh para orang tua yang menginginkan anaknya shaleh jua.
Saturday, February 11, 2017 0 comments

​Dialogku Dengan Tuhan

"Tuhan, kapan kita mengopi lagi di Arsy?", tanyaku pada Tuhan.
Kami berpapasan tepat di pertigaan antara surga, neraka, dan bumi. Tuhan bersama bala tentaranya ku lihat sedang berjalan ke surga. Sedangkan aku berjalan ke neraka, ingin melihat kabar para penyamun.
"nanti kalau kau ada waktu, aku hadir di bumi sepertiga malam terakhir esok, bagaimana kabar bumi?", Tuhan bertanya padaku.
Sebenarnya aku ingin mengeluh, banyak manusia - terutama di Indonesia - yg buta akan sejarah. Apa yg dilakukan para sejarawan memang gila. Tuduhan gila macam apa yg membunuh jutaan manusia hanya demi modal asing.
"Hmm, bumi kapan kiamat? adakah kesempatan untuk komunis merajalela?", tanyaku kepada Tuhan.
"coba kau tengok dirimu, komunis kah dirimu? atau kau punya kepentingan lain?"
"hanya memanusiakan manusia dan memuliakan mereka sehingga engkau tak lagi menjadi raja, namun hidup di hati tiap manusia!", jawabku agak lancang.
Tuhan bermuka masam, ia pun pergi ke surga tanpa pamit denganku. Sedangkan aku keheranan, adakah aku menyinggung dirinya? Ah sudahlah, aku ingin ke neraka sejenak, bagaimana kabar para penyamun disana? Kabarnya mereka dituduh subversif.
Sembari jalan, aku berpikir. Sebenarnya siapa yg membangkitkan Tuhan kembali? Dan mengapa ia belum juga bersifar humanis? Saat enak berpikir, aku tersandung sebuah papan dan terjatuh. "Aduh!", aku tersandung papan torah. Tuhan pun mendengar suaraku dan berbalik arah.
"Apa kau mau Ku kunci juga ke neraka? Mengapa kau duduki papan torah itu?", tanya Tuhan kepadaku dengan nada marah.
"Jika ketidaksengajaan membunuh umat manusia, lalu apa gunanya Engkau yg Maha Adil? Oh iya, aku harus membunuhMu untuk yg kedua kalinya dan papan torah ini akan menjadi nisanMu!", jawabku dengan nada marah juga.
"Humanisme tai!!! Aku bersabda, siapa yg subversif apapun alasannya akan Ku rantai di neraka nanti. Hormatlah pada atasanmu!".
(setelah percakapan itu, malaikat menusukkan trisula ke perut pemuda itu. Keesokan harinya di bumi, setelah apa yg terjadi di Paris, Brussels, Palestina, dan negeri lainnya, Tuhan mabuk bersama para kyai dengan khamr yg diambilNya dari surga).
Thursday, February 2, 2017 0 comments

​Islam Politik: Bolehkah Agama Berpolitik?


Sejak runtuhnya kekhilafahan Utsmaniyah, kaum sekuler mengumandangkan kejayaannya. Tetapi beberapa pemikir Islam modern kembali mengumandangkan Islam politik, seperti Jamaluddin El Afghani dan Muhammad Abduh. Keduanya membuat konsep Pan Islamisme yang belakangan menjadi kiblat bagi pergerakan Sarekat Islam. Tak ketinggalan, Hasan Al Banna dan Sayyid Qutbh pun mendirikan Ikhwanul Muslimin di Mesir dan mulai bersaing dengan partai sekuler Mesir.
Tetapi rupanya Lenin dan kawan-kawannya di Komintern meyakinkan kita bahwa Pan Islamisme sesungguhnya bentuk Imperialisme agama. Apakah benar demikian? Kebijakan Komintern tersebut - pada akhirnya - membuat pergerakan Sarekat Islam pecah. Hasan Sho'ub, Muhammad Thaha, dan beberapa pemikir Islam lainnya sependapat dengan tesis Komintern tersebut. Menurut mereka sudah seharusnya Islam jauh dari politik.
Mengutip pernyataan dalam situs Dakwatunna, Islam adalah agama yang menyeluruh sehingga ia dapat berpolitik jua. Hasan Al Banna juga menyatakan bahwa tidak lengkap Islamnya seseorang ketika ia tidak berpolitik, "Setiap muslim harus berpolitik". Beberapa pemikir Islam - termasuk Jamaluddin El Afghani - banyak mengutip ayat Alqur'an - yang sebenarnya - tidak ada hubungannya dengan politik seperti ayat yang menyatakan bahwa Allah menciptakan manusia untuk dijadikan khalifah di bumi.
Friday, January 27, 2017 0 comments

​Islamku Kini: Untuk Kaum Fundamentalis yg tak Mempergunakan Akalnya untuk Beriman


Sebelumnya, saya turut berduka cita atas meninggalnya demokrasi yg dibunuh oleh kaum fundamentalis terkait acara yg kata mereka adalah acara kafir. Saya juga mengucapkan belasungkawa atas hilangnya kebebasan karena - lagilagi - disebabkan oleh ulah kaum fundamentalis terkait beberapa acara sebelumnya yg juga dianggap kafir. Sebagai orang yg mengaku Islam - dan mungkin juga muslim kalau dianggap tidak kafir oleh mereka - meminta maaf atas kejadian-kejadian tersebut. Sebaiknya kita introspeksi diri, apakah umat Islam mengakui bahwa Tuhan telah mati?
Pengkafiran terjadi ketika mereka yg mengaku muslim merasa yg paling benar. Mengapa? Sebagai umat yg mengaku beriman, mereka resah karena banyaknya acara-acara kafir yg diadakan di Indonesia. Dimulai dari LGBT, Belok Kiri Festival, hingga Ladyfest. Mereka takut kalau Indonesia kena azab Tuhan, tapi apakah iya seperti itu? Tidak, mereka mengatasnamakan Tuhan untuk membubarkan acara yg kafir itu. Pertanyaannya, apakah Tuhan rela namanya dijual untuk merusak demokrasi? Inilah bukti bahwa orang beriman tidak pernah mensyukuri pemberian dari Tuhan, yaitu akal. Akal mereka mati ketika keimanan mereka menjadi buta.
Sunday, January 22, 2017 0 comments

​Kesia-siaan Mematerialiskan Tuhan dan Bagaimana Menjelaskan Kehadiran Tuhan Secara Singkat


Shubuh menjelang, pikiran melayang, fantasi liar sungguh jalang! Mungkin ungkapan ini yg cukup menggambarkan betapa syahdunya pukul empat pagi. Ketika aku menikmati syahdu, sejenak aku bertanya, apakah Tuhan itu materiil serta dimana keberadaan Tuhan? Bagaimana pula kita menerima-Nya secara filosofis?
Jika Tuhan itu materiil, maka runtuhlah Materialisme Dialektika itu sendiri. Tuhan tetaplah sebuah persepsi absolut yg hadir menanggapi tiap keluh kesah, cinta, ketakutan, dan kekaguman manusia. Itulah mengapa kepercayaan terhadap Tuhan lahir pertama-tama sebagai respon manusia atas fenomena alam. Pada dasarnya, ketika manusia menjadi antithese dari alam, maka manusia membutuhkan kawan - tempat bergantung - untuk mempertahankan posisinya terhadap alam. Begitulah akhirnya Tuhan muncul sebagai jawaban atas pencarian manusia akan kawan tersebut.
Saturday, January 14, 2017 0 comments

​Ekonomi Soekarnois (Ekonomi Terpimpin)


Dalam pemahaman ekonomi berbasis Sukarnois, perputaran ekonomi dikendalikan negara, pemegangnya adalah unit unit Serikat Kerja. Jutaan hektar tanah tidak boleh dimiliki swasta, tapi dimiliki negara, namun Serikat Kerja yang mengelola dengan sistem ekonomi Gotong Royong. Rumah Sakit dan Sekolah Sekolah berbasis "Kerja Sosial" tak ada fungsi fungsi Kapital di dalamnya. Pelayanan publik harus memiliki kualitas tinggi, rakyat sebagai pemegang saham utama kepemilikan negara dilayani selayaknya manusia terhormat.
Anak anak bersekolah dijamin oleh negara. Negara melarang Kapitalisme di dunia pendidikan, dan juga melarang adanya eksploitasi yang menghambat akses akses pendidikan dan pencerdasan rakyat. Dalam ekonomi berbasis Sukarno misalnya, dengan konteks jaman sekarang, Jaringan internet dan gelombang internet semustinya gratis disediakan negara karena itu masuk sebagai barang modal bukan barang konsumsi, tingkat pengembalian biaya jaringan informasi adalah produktivitas ekonomi masyarakat yang bergerak karena adanya jaringan internet gratis.
Sunday, January 8, 2017 0 comments

Mampukah Membeli Tuhan?


Jika aku punya cukup uang, aku ingin mengalahkan orang terkaya di dunia. Apa mereka bisa membeli Tuhan? Oh tentu tidak! Mereka terlalu miskin untuk memperbudak Tuhan. Siapa yg kaya? Aku rasa, mereka yg pegang kitab suci, cukup kaya untuk membayar Tuhan.
Tetapi Tuhan sama sekali tidak bisa dibeli. Ia yg merupakan sang kapitalis utama yg menjual pahala demi kasih sayangnya terhadap manusia. Bagi yg keluar dari sistem pasarnya, maka ia kan mendapatkan neraka. Oh, Tuhan tak bisa dibeli! Jangan coba-coba atau kau akan tenggelam dalam ketiadaan negatif.
Tetapi bukan Tuhan seperti itu yg ku mau. Katanya Tuhan Maha Penyayang, maka ia akan menyayangi manusia ketika manusia bisa memanusiakan dirinya. Tuhan yg sejati ialah Tuhan yg tidak memperjualbelikan pahala untuk keuntungan pribadiNya. Apa keuntungan untuk Tuhan itu? Ialah sebuah rasa penghormatan yg tinggi. Aku rasa Tuhan yg sejati ialah Tuhan yg setara dengan manusia yg menyayangiNya dan dengan lembut menasehati siapa yg mengingkariNya.
Jadi, siapa yg sanggup beli Tuhan yg sejati???


 
;