Pukul 4, hampir seluruh asrama di salah satu wisma terbangun
dengan wajah pucat. Mereka bergegas mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat
Shubuh di musholla samping wisma. Dalam waktu singkat, musholla penuh dengan
mahasiswa yang sholat berjama'ah dengan ekspresi wajah mengantuk. Sesekali
mereka menutup mulut mereka saat menguap dan menutup mata mereka karena masih
lelah berkedip. Setelah sholat, mereka menandatangani absen sholat dan
selanjutnya absen tersebut menjadi catatan ibadah yang akan dinilai setiap akhir
bulan.
Di tempat yang berbeda, hari Minggu menjadi serasa berat untuk
dialami mahasiswa Kristen karena mereka dengan berat hati bangun pagi untuk
melaksanakan ibadah di gereja. Sama halnya dengan wisma sebelumnya, mereka juga
menandatangani absen sebagai pertanggungjawaban ibadah mereka di hadapan kepala
yayasan. Kedua wisma tersebut dikenal karena keshalehan para mahasiswanya yang
rajin melaksanakan ibadah.
Apakah itu dengan terpaksa atau tidak, tidak menjadi persoalan
si kepala yayasan. Yang menjadi persoalan adalah tentang bagaimana citra
tersebut pada akhirnya mendatangkan profit bagi si kepala yayasan. Wisma yang
dipenuhi pemuda shaleh yang demikian biasanya diincar oleh para orang tua yang
menginginkan anaknya shaleh jua.