Wednesday, October 28, 2015 0 comments

Pergerakan Pemuda Saat Ini (Aksi Turun Kejalan Atau Aksi Sosial).

Ada hantu yang berkeliaran negeri ini, hantu para pemuda yang tidak perduli dengan bangsanya. 87 tahun yang lalu para pemuda mengambil sumpah untuk berbangsa, bertanah air, dan berbahasa yang satu. Lalu melakukan tindakan nyata membuat konsepsi-konsepsi pembentukan bangsa Indonesia dikemudian hari dan berjuang dengan tindakan yang berujung dengan pembuangan. Lalu jaman setelah kemerdekaan, para pemuda melakukan tindakan nyata pula dengan mempertaruhkan nyawanya untuk mempertahankan kedaulatan Republik.
Dijaman orde lama. Para pemuda berjuang disektor pendidikan, yaitu belajar dan mendidik masyarakat, Ini pula suatu tindakan nyata. Berbeda dengan jaman orde baru, Tindakan nyata para Pemuda saat itu ialah turun kejalan untuk mendobrak para penguasa, menghancurkan tirani, Karena suara dibungkam, tubuh dibuang, dan keadilan diperkosa oleh para pengusa.
Lalu jaman ini. Apa tindakan nyata yg dilakukan Pemuda(Mahasiswa)? Berjuang memberikan konsepsi-konsepsi? Berjuang dalam mendidik masyarakat? Berjuang mendobrak tirani? yang mana yang kau sebut berjuang? yang mana yang kalian katakana pergerakan? tindakan yang mana kalian mengatas namakan penyambung aspirasi rakyat?
“Lalu apa tindakan nyata KITA? pantaskah kita menginjakkan kaki dibumi pertiwi dan menari diatasnya? merayakan ketamakan dan diri kita sendiri. Padahal Sesungguhnya bukan darah kita yang tertumpah untuk Indonesia, TIDAK setetespun keringat kita menyumbang untuk negeri ini. JANGAN JADI PENYAKIT, yang tidak tau terimakasih”
BANGUN!!! BANGUN!!! BANGUN NEGERI INI!!!
Sunday, October 18, 2015 0 comments

Aksi Mahasiswa untuk Eksis? atau Rakyat?

Hidup Mahasiswa!!!
Hidup Marhaen!!! Hidup Buruh Tani!!!
Hidup Miskin Kota!!! Hidup Rakyat!!!
Saya dengan sadar melihat aksi yang dilakukan oleh mahasiswa belakangan ini hanyalah aksi-aksi ceremonial saja, aksi yang ingin diliput oleh media-media. Aksi yang mengatas namakan rakyat tertindas, dan dengan melihat rakyat yang tertindas ini mahasiswa langsung turun kejalan teriak dengan lantang seakan-akan teriakan itu ialah rintihan anak jalanan yang kelaparan, teriakan atas kaum yang ditindas. Namun apakah mahasiswa ini bersentuhan langsung dengan rakyat tertindas yang ia gunakan diteriakkan tadi? Apakah sudah merasakan tidur satu tempat dengan mereka? Susahnya cari tempat tidur dibawah fly over? Dan memakan makanan sisa? setidaknya berbagi kebahagiaan dengan bercanda dan berinteraksi langsung dengan mereaka. Saya husnudzon bahwa rekan-rekan mahasiswa ini telah mencoba merasakan susahnya saudara-saudara kita, yang dipinjam namanya untuk berteriak lantang kepada pengusa negeri.
Sunday, September 27, 2015 0 comments

Kisah Pesawat Tempur Elit Kami

via www.zastavki.com
Mulai lupa daratan ketika kita sudah terbang dilangit-langit, bergaya ketika menunggangi Pesawat Tempur Elit ini, memegang stirnya yang kini entah berfungsi dengan hakikatnya atau tidak. Padahal Ketika Senjata Pesawat diluncurkan sesuai kaidah, tugas dan hakikatnya akan sangat dahsyat dampaknya. Namun, sang pilot masih menyimpan Senjata Pesawat ini dengan hati-hati, sehingga banyak pertanyaan muncul karnanya, “senjatanya masih utuh dengan baik, atau kah usang karena tak digunakan? Kapan senjata ini digunakan?” ketika musuh-musuh mulai mendekat, ketika negeri ini tak lagi kondusif, ketika keresahan dimana-mana, ketika orang-orang menunggu peranannya.
Friday, September 25, 2015 0 comments

8 Sifat dan Perilaku Seseorang Dilihat dari Parsisipasinya dalam Suatu Kerjasama Tim

Hari ini qurban euy, sebelumnya saya ucapkan:
“selamat Hari Idul Adha buat temen-temen yang merayakan, entah itu merayakan dirumah dengan keluarga maupun diperantauan. yang diperantauan jangan, sedih setidaknya kalian akan memakan makanan yang bergizi(makan daging) untuk beberapa hari kedepan.”
Seperti tahun-tahun sebelumnya griya mahasiswa(tempat tinggal putra dibandung) selalu mengadakan qurban dengan deretan rangkaian acara seru yang beruntun bebrapa hari kedepan. Selain libur kuliah, pengajian rutin magrib-subuh pun diliburkan, diganti dengan acara senang-senang yang telah disiapkan oleh panitia qurban(anak baru).
Tapi kali ini saya nggak akan cerita tentang bagaimana acara qurban digriya tahun ini, namun saya akan menulis tentang “Sifat-Sifat dan Perilaku Seseorang Dilihat dari Parsisipasinya dalam Suatu Pekerjaan(sebagai contoh diacara qurban kali ini) Tim”. Lebih tepatnya sih dalam setiap acara, entah itu pekerjaan dalam melaksanakan tugas atau acara apapun pokoknya dalam lingkup kerjasama.
Berikut ciri-ciri perilaku seseorang tersebut:
1. Pekerja (Totalitas)
via republika.co.id
Perilaku pertama adalah sifat yang sangat umum dalam suatu acara dimanapun yaitu sifat pekerja dimana orang-orang tipe ini sibuk bekerja, sesuai tanggung jawabnya masing-masinng. Setelah pekerjaan nya selesai maka dia akan menawarkan bantuan kepada teman-teman yang lainnya agar pekerjaan itu selesai dengan cepat dan baik. Tipe ini tidak akan istirahat sebelum tugasnya selesai(saat potong-potong daging selesai).

2. Tukang Eksis (Pencitraan)
via duniafitnes.com/
Sifat ini biasanya melekat pada orang-orang yang suka eksis tanpa kerja maupun kerja, dimana saat teman-teman yang lain sedang sibuk dengan tugasnya potong-potong daging, ngedata warga, ada yang masak, ada yang tukang pubdok. Orang ini entah tidak tau mau bantu apa, atau memang nggak kebagian kerjaan. Dia asik muter-muter, mondar-mandir melihat temanya potong-potong daging, kalau ada yang foto dia ikutan sambil memegang daging sok-sok’an ikut ngebantu temanya potong daging setelah difoto lalu dagingnya ditaruh lagi. Lalu kembali mondar-mandir lagi.
Saturday, September 19, 2015 1 comments

Resensi Novel PULANG - karya Tere Liye

Judul : Pulang
Penulis : Tere Liye
Editor : Triana Rahmawati
Penerbit : Republika
Tebal Buku : iv + 400 hal; 13.5x20.5 cm
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2015
Harga : Rp. 59.000 
 "Aku tahu sekarang, lebih banyak luka di hati bapakku dibanding di tubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis di hati Mamak dibanding di matanya."
"Sebuah kisah tentang perjalanan pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, untuk memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit." 
Adalah Bujang, putra dari Samad dan Midah. Dia tinggal bersama kedua orang tuanya di Bukit Barisan, jauh dari perkotaan dan hidup dengan sederhana. Bujang tidak pernah makan bangku sekolah. Meski demikian, Midah, mamak Bujang dengan penuh ketekunan mengajarkan Bujang membaca dan menghitung. Tak lupa ia mengajari Bujang mengaji, adzan, sholat, dan sebagainya. Namun, tiap kali Bujang diajar tentang pelajaran agama, Bujang selalu dipukuli Samad, bapak Bujang.
Suatu hari, Tauke Muda, sahabat dari Samad, datang mengunjungi Bukit Barisan. Tauke Muda beserta rombongan datang dari kota untuk sebuah misi menangkap babi hutan yang mengganggu perkebunan warga. Dalam misi ini, Tauke Muda mengajak Bujang untuk bergabung bersamanya. Samad pun mengijinkan. 
Saat perburuan babi hutan sudah berada di puncaknya, saat itulah ketakutan Bujang akan apapun telah menghilang. Ia dengan membabi buta menyerang 'Raja Babi Hutan' demi menyelamatkan Tauke Muda yang sudah terdesak. 
Thursday, September 10, 2015 0 comments

Temukan Pahlawan Di Dalam Diri Kita

via Google
“Patriotism tidak mungkin tumbuh dari hipokrasi dan slogan, seseseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat akal kalau ia mengenal akan objek-objeknya, mencintai tanah air Indonesia dengan mengenal Indonesia bersama rakyat dan alamnya dengan dekat” –Soe Hok Gie
Jikalau hanya, orang yang gagah berani gugur dimedan perang melawan para penjajah untuk mempertahankan negeri ini yang hanya disebut seorang pahlawan. Lalu bagai mana seseorang yang dengan mempertaruhkan waktu jiwa dan hartanya untuk kemajuan bangsanya. Berjuang tidak harus berdarah darah melawan penjajah, berjuang mati-matian di bidangnya juga bisa disebut pahlawan, jika niat yang dia pakai untuk berjuang adalah karena ingin memajukan bangsanya, ia sudah layak disebut pahlawan.
Monday, August 17, 2015 0 comments

Surat Untuk Ibu Pertiwi

gambar via wallpaperup.com
Ibu, bisakah kau meramalkan apa yang terjadi 5 atau 10 tahun ke depan? apa yang terjadi dengan nasib kita? pilihan-pilihan apa yang tersisa untuk jalan hidup kita? seberapa kuat kita menahan beban hidup? seberapa tahan kita melawan tekanan-tekanan keadaan? seberapa kuat kita menggenggam keyakinan, ketika nurani di sekitar semakin kikis oleh kerakusan. Ketika batin tak lagi bisa merasakan penderitaan-penderitaan dan kita hanya termangu dan berpikir inikah hidup?
 
;